Eksplorasi perut Bumi (Goa Si Domba )

Posted on Updated on

Karst Klapanunggal dikembangkan sebagai objek wisata karena memiliki banyak goa yang dipenuhi ornamen dan biota goa yang menarik. 

Kali ini Ciliwung Prusik melakukan kegiatan latihan SRT ( Single Rope technique ) di Goa sidomba dan latihan dasar panjat dinding di tebing cidomba, sebelum melakukan kegiatan tersebut CP mengirimkan surat keterangan izin pada pihak wilayah  tersebut seperti PPA Linggih alam, PPA Palikar, dan RT RW di lingkungan desa Leuwi karet agar kegiatan eksplorasi di ketahui oleh pihak Desa.

Setelah perijinan selesai, CP menuju ke rumah Pak Eman untuk memarkir motor. Rumah Pak Eman yang kebetulan tidak terlalu jauh dari entry point beberapa goa di Tajur ini memang biasa dijadikan persinggahan dan tempat penitipan motor oleh kelompok-kelompok pencinta alam yang ingin mengeksplorasi goa-goa yang ada di Tajur. Motor telah terparkir dengan rapi di depan rumah Pak Eman dan lanjut ke tempat tujuan (Goa Sidomba)

Goa sidomba memiliki jalur lintasan berbentuk vertikal 5 pitch, di dalamnya terdapat 3 chamber melalui 3 lintasan vertical dan 2 lintasan horizontal dan membutuhkan tali karmantel sekitar 150meter, didalam goa sidomba pun terdapat biota goa seperti Jangkrik (Gryllus assimilis), Kalacemeti (Amblypygi), Kapinis (Apus nipalensis), Laba-laba (Arachnida), Kelelawar (Chrioptera), dan Kaki Seribu (Diplopoda), terbayarkan kesulitan dan kelelahan bagi para penggiat susur goa jika sampai dititik bottomnya atau dasar perut bumi.

Pada entrance goa sidomba CP membuat anchor lintasan intermediate dan tyrolean untuk melintas atau melipir pada dinding tebing untuk menuju ke lintasan tali utama, 

Untuk melintasi ke pitch 1 CP membuat anchor Y dengan menggunakan tali 50meter, lintasan ke pitch 1 kurang lebih 15meter lintasan verticalnya

menuju pitch 2 dengan jalur horizoontal menuruni reruntuhan batu gamping dengan kemiringan 45 derajat

kita akan bertemu pilar stalaktit dan stalakmit yang menyatu harus meliak-liuk sambil menundukan badan untuk melewati celah sempit di antara column (semacam pilar pada goa, disampingnya ada lorong sempit pas sebadan tetapi harus melepas helm karna tidak muat untuk memasukinya,

 sebelum memasukinya itu kita harus memasang anchor dan menggunakan alat descender celah tersebut akan langsung melintas vertical  sekitasr 8meter menuju pitch 3,

sulit bukan main memaksa tubuh kita melintas celah tersebut dan salah satu pojok pitch ke 3 yang berupa chamber (ruangan besar di dalam goa) terdapat sebuah lorong horizontal yang cukup panjang dan jika ditelusuri akan berakhir di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh kelelawar dan bau guano yang cukup menyengat

menuju pitch 4 kita melintasi jalur horizontal dengan melintas 2 celah sempit yang menyesakkan badan karena sangat sempitnya

sampailah di pitch 4 dengan chamber besar area pitch 4,  di area ini oksigen sangat bebas sekali karna mengalirnya air dari dinding stalaktit,

lanjut menuju pitch 5 sebelum melintas pitch 5 kita harus memasang anchor karna menuju pitch 5 jalurnya vertical sekitar 20meter yang di dalamnya chamber yang besar dan penuh dengan air yg mengalir dari dinding goa.

Setelah keluar dari mulut goa siDomba CP melakukan kegiatan latihan panjat tebing Sidomba yang tidak jauh lokasinya sekitar 500meter dari Goa Sidomba, untuk latihan dasar panjat tebing cukuplah tingginya tebing dan jalurnya juga tidak terlalu sulit.

Menurut anggota PPA Linggih Alam, 50 goa di Karst Klapanunggal kebanyakan memiliki jalur lintasan berbentuk vertikal. “Untuk potensi wisata di kawasan Karst Klapanunggal sebenarnya ada banyak, contohnya Goa Garunggang yang sudah dibuka untuk pariwisata, 


SAVE CAVE, SAVE EARTH, SAVE WORLD

Jika kehidupan bawah tanah kita hancur dan musnah maka kiamatlah bumi ini, kehidupan terakhir kita berada di bawah sana…SUMBER AIr



Kegiatan yang sudah di lakukan KCP

Posted on Updated on

1. Pendidikkan Dasar Ciliwung Prusik Tgl 15-16 Februari 2016

2. Operasi bersih area jembatan kembar sukahati pemda bogor sungai ciliwung pada hari sampah 2016

3. Explorasi Goa Cikarae leuwi karet Citeureup

4. Explorasi Goa Cikenceng Citeureup

5. Explorasi Goa Ciduren Leuwi karet Citeureup

6. Explorasi Perut Bumi 1 Goa Garunggang citereup Tgl 1-2 Oktober 2016

7. Explorasi Perut Bumi 2 Goa Garunggang citereup Tgl 27-28 November 2016

8. Fasilitator Bimbingan LDKS Yayasan Al Falah, lokasi Buper cimandala Bogor 12-13 November 2016

9. Fasilitator sharing Single Rope Technique Durjana Adventure 4 Desember 2016

10. Explorasi perut bumi goa cidomba leuwi karet citeureup 17-18 Desember 2016

Mengukur kemampuan diri melalui CAVING

Posted on Updated on

Banyak cara yang dilakukan orang untuk menghilangkan stres. Dari mulai jalan-jalan ke pantai hingga melakukan aktivitas membahayakan yang bisa mengancam jiwa. Misalnya hobi caving atau menjelajahi gua yang banyak digeluti para pencinta alam.
Banyak cara yang dilakukan orang untuk menghilangkan stres. Dari mulai jalan-jalan ke pantai hingga melakukan aktivitas membahayakan yang bisa mengancam jiwa. Misalnya hobi caving atau menjelajahi gua yang banyak digeluti para pencinta alam.

Salah satunya adalah Cahyo Rahmadi. Staf ahli peneliti di pusat penelitian biologi LIPI Cibinong ini bahkan menjadi seorang peneliti karena hobinya menjelajahi goa.
Menurut dia, caving adalah pekerjaan sekaligus hobi yang bisa menjadi candu dan melepaskan stres sekaligus. Sejak 1996 Cahyo bergabung Matalabiogama (Mahasiswa Pencinta Alam Fakultas Biologi UGM) sekadar untuk petulangan saja.
Lambat laun aktivitasnya itu membuat dia semakin menyukai alam goa dan mulai mempelajari teknik caving seperti single rope technique (SRT), rescue vertical, mapping sebagai modal dasar untuk mendukung kegiatan penelitiannya di gua.

Banyak hal yang membuat Cahyo menjadi kecanduan pada hobi menjelajah goa. Mulai dari pengenalannya dengan kehidupan hewan gua, hingga keindahan ornamennya.
“Terutama tantangannya di mana kita harus pandai manjat, bisa berenang, bisa mendaki gunung, bisa orientasi medan, bisa peta kompas, sampai menyelam semua ada di caving. Itulah yang bikin saya ketagihan,” ujar Cahyo yang mengaku bisa melupakan segala masalahnya dan merasa terlahir kembali setelah merasakan gelap, dingin, lembab serta suara tetesan air dalam gua itu.

Sementara itu, penjelajah goa lainnya, Sulasatama Raharja, geolog di PT. Chevron Pasifik Indonesia mengatakan caving memberikannya pengalaman religius serta pemahaman untuk mengukur sejauh mana kemampuan yang dimilikinya. “Dari caving saya banyak belajar tentang hidup dan juga bisa mengukur sejauh mana kemampuan saya,” ujar dia.
Sulastama menyebutkan pengalaman caving telah memberikan banyak pelajaran untuk menjadi lebih mandiri, berjiwa sosial tinggi, mampu beradaptasi dengan cepat, dan mampu menjadi quick decision maker di saat menghadapi kondisi yang tak terduga.

Ke Negeri Orang

Wilayah jangkau para penjelajah goa mania ini, bukan semata di dalam negeri. Bahkan gua di negeri orang pun tak luput dari jamahan mereka. seperti yang diungkapkan Cahyo yang telah menjelajahi ratusan gua baik dalam dan luar negeri mulai gua di Thailand, Sarawak, dan hampir semua karst di Jawa telah dikunjunginya, termasuk wilayah Sulawesi dan Papua.

Baginya pengalaman caving paling berkesan adalah ketika menjelajahi gua terpanjang di Maros (Sulsel) dan harus mengarungi sungai bawah tanah yang dalam airnya tidak diketahui lebarnya dan panjangnya berkilo-kilo serta harus mendayung menggunakan tangan.
Sebagai olahraga sekaligus hobi yang menantang maut, para caver ini haruslah terus waspada selama menjelajah.
Beragam peralatan haruslah mereka miliki sebelum memasuki wilayah tujuan, seperti helm dengan penerangan, sepatu boot khusus, baju mudah kering (cover all), senter kedap air, perahu karet, single rope tali khusus sejenis webbing atau karmantel seharga Rp3,5 juta, dan makanan yang berenergi tinggi seperti gula merah.
“Yang terpenting adalah kita harus memiliki etika ber-caving yaitu take nothing but pictures, kill nothing but time, leave nothing but footprints, dan cave softly,” jelas Cahyo.

Selain itu, menurut dia, caver pemula harus memiliki pengetahuan dasar bagaimana menelusuri gua horisontal yang aman, jangan pernah masuk gua di musim penghujan. Para penjelajah gua juga harus mengetahui karakteristik gua yang akan dimasukinya, memiliki keterampilan tali-menali (simpul), teknik penelusuran vertikal dengan SRT, dasar-dasar vertical rescue (self rescue) ataupun rescue terpadu.
Pengetahuan tersebut, menurut Cahyo diperuntukkan menghindari risiko kecelakaan yang kemungkinan besar bisa terjadi. Di Indonesia banyak kecelakaan hingga meninggal dunia ketika aktivitas caving dilakukan.
Kebanyakan kasus tersebut terjadi karena kebanjiran seperti kasus di Tasikmalaya, Malang Selatan dan Gua Gudawang beberapa tahun yang lalu. Selain itu kecelakaan bisa terjadi karena jatuh dari tali, human error, faktor alam, atau tertimpa batu.

Menurut Sulasatama, patah tulang karena terjatuh atau cedera tubuh biasanya menjadi risiko yang harus dihadapi para petualang gua ini. Mereka juga harus waspada terhadap berbagai binatang yang biasanya ada di luar mulut gua seperti ular kobra, kalajengking, dan ikan lele.
“Yang terpenting kita mesti menjalani semuanya sesuai prosedur, maka semuanya dipastikan akan aman-aman saja,” ujar Sulasatama yang pernah mengalami kebanjiran saat berada di 300 meter di bawah tanah.
Cara caver ini juga tergabung dalam berbagai komunitas caving yang ada di Tanah Air saat ini seperti Subterra Community, Hikespi (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia), Indocavers Indonesia, ataupun forum karst Gunung Sewu.
Pada ajang inilah biasanya mereka juga membahas tentang menjaga kelestarian gua, dan upaya menjadikan gua sebagai tempat tujuan wisata.
“Keberadaan komunitas dan juga klub ini selain untuk ajang kumpul-kumpul juga untuk membatasi kerusakan alam yang bisa ditimbulkan dari para pencinta alam yang tidak bertanggung jawab,” ujar Sulasatama menjadi salah satu penanggung jawab di komunitas Indocavers Indonesia itu.
(mia.chitra@bisnis.co.id)
Sumber : Arthazone

EDISI EXPLORASI PERUT BUMI (Goa Ciduren)

Posted on Updated on

Goa Ciduren berada di komplek karst Tajur, Citereup yang lokasinya berdekatan dengan Goa Cikarae sekitar 200 meteran ke arah Goa Cidomba dan Goa keraton. Goa ini merupakan goa vertikal Single Pits point tanduk di dinding goa sepanjang lorong vertikal yang mengakibatkan gesekan pada tali di dinding goa.

Jam 03.00 pagi memulai rigging Kurang lebih 20 meter,Descending untuk menyelurusi goa ini harus menerapkan sistem deviasi pada lintasan tali dikarenakan banyak sekali.

Untuk membuat anchor kita bisa menggunakan natural anchor di sekitar mulut goa seperti pohon dan lubang tembus. Saat memasuki lorong goa gerakan kami sangat terhambat karena dinding lorong yang sangat sempit dan tajam-tajam yang sekali-sekali bisa menciderai badan…

Saat sampai di dasar goa, langsung dihidangkan dengan suara aliran air yang cukup deras namun tidak dalam. Di kiri-kanan merupakan lorong horizontal, di lorong horizontal bagian kiri lorong goa agak sempit bahkan si caver sekali-kali menggunakan tehnik merayap untuk melewatinya, disini banyak sekali ornamen seperti gordyn yang lumayan besar, soda staraw dan stalaknit yang dialiri oleh air dari atap goa. Sungguh pemandangan yang menakjubkan, panjang lorong sekitar 100 meter dengan mulut goa berupa swam yang ujungnya tidak bisa dilalui. 

Untuk lorong di sebelah kanan tidak jauh dari sebelah kiri jalurnya relatif sempit dan berlumpur. Saat kami berjalan 100 meter kami terpaksa mundur karna semakin sempit lorongnya dan karna fisik sudah lelah.

Dokumentasi

Sore mulai cleaning anchor dan bivak camp….MARKIPULLLL…sekian

Salam Jerat dan Salam Speleology

Cp1712K

EDISI EXPLORASI PERUT BUMI (Goa Garunggang)

Posted on Updated on

Goa Garunggang akan memanjakan mata dengan keindahan bukit yang akan kita lewati saat menuju lokasi dengan perpaduan  soft hiking dan caving.

Menuju Ke Goa Garunggang 

Kalau dari pasar citeurep kita menuju kearah jalur alternatif jonggol lewat babakan madang Sampai ke desa leuwi bilik tajur dan terlebih dahulu kita konfirmasi untuk perijinan kegiatan explorasi goanya ke sekretariat linggih alam, Bisa juga minta tolong pada pihak linggih alam untuk jadi pemandu explorasi goa.

Soft-hiking di kawasan perkebunan warga.

Penjelajahan goa kali ini tidak hanya menarik pada saat masuk goanya saja, tetapi akan kalian rasakan pula ketika trekking menuju goa. Mayoritas warga di Cigobang bermata pencaharian sebagai petani sawah dan kebun. Menyatu indah dengan perbukitan khas Sentul, membuat trekking di perkebunan warga ini menjadi menarik. Bagaimana tidak, cantiknya perbukitan di sepanjang jalan pasti membuat kalian terpukau. Hijaunya perbukitan dipadu dengan langit biru menjadikan trek ini penuh dengan ‘bonus, bakal bikin kita enggak kerasa capek. 

Indah megah Karst Goa Agung Garunggang.

Sesampainya di kawasan ekologi ada seorang bapak dan istrinya yang menjaga goa tersebut, saat bertemu pasti dia sedikit menceritakan (dulunya) goa garunggang merupakan dasar perairan, terpampanglah deretan karst yang terlihat seperti buatan

Ketika kita menginjakan kaki di kawasan ini pasti kalian akan bertanya, “Dimana sih goanya?” Lokasi goa yang agak tersembunyi ini membuat orang bisa jadi kesulitan menemukannya, terlebih lagi mulut dari Goa Agung Garunggang berbentuk vertikal, meskipun ketika di dalam kalian akan menemukan jalur horizontal. Keindahan Goa ini tidak hanya tampak dari luar saja, adapun pemandangan khas Goa Garunggang yakni terdapat stalaktit-stalaktit yang menggantung di atap goa dan kumpulan kelelawar penunggu Goa Garunggang juga akan menambah serunya bertualang di goa eksotis ini. Bawalah headlamp, helm dan werpak untuk memasuki goa sebagai sebagai kepentingan SOP demi keselamatan sekaligus lebih nyaman menikmati keindahan dekorasi alam yang indah.

sungai di dalam goa bisa sesekali meluap jika sedang hujan deras. Jadi, jika sedang turun hujan, kamu harus segera meninggalkan tempat ini. 

Salam Jerat dan salam speleology

Cp1712K

EDISI EXPLORASI PERUT BUMI (Goa Cikarae)

Posted on Updated on

Ternyata wilayah Citeurep Bogor memiliki banyak Goa di antaranya Goa Cikarae dengan bentukan Horizontal – swallow Hall. 

Untuk menuju lokasi dari arah jakarta menuju pintu tol jagorawi lalu naik angkot 08 sampai pasar Citeurep dan naik ojek ke arah desa leuwi karet berhenti di sekretariat linggih alam, begitu juga bila kita naik kendaraan motor pribadi dari arah jakarta melewati jalan Raya Bogor patokannya Terminal atau pasar citeurep lalu tanya dimana desa leuwi karet atau sekretariat Linggih alam. 

Kenapa harus ke linggih alam? Setiap kegiatan susur Goa di wilayah desa leuwikaret dan kecamatan sekitarnya kita harus memberikan surat ijin kegiatan, lebih bagus 1 minggu sebelum kegiatan, tak hanya PPA linggih alam di desa leuwi karet, ada juga PPA Palikar (Pencinta Alam Leuwi Karet) yang harus mengetahui setiap kegiatan susur Gua di wilayah tersebut dan bisa support dalam hal kelancaran kegiatan. 
Kembali membahas soal gua cikarae.

Oke explorasi perut bumi di mulai tidak lupa cek peralatan untuk penerangan dan untuk turun naik entrance goa cikarae yaitu alat SRT (single rope technique)

setelah itu kita menuju rumah pak eman tempat menitipkan motor dan bisa disebut juga camp kedua setelah sekretariat linggih alam.
Goa Cikarae dari Linggih Alam kurang lebih 2 km, bisa ditempuh dengan jalan kaki atau kendaraan motor. Goa ini berbentuk horizontal. Panjang goa nya mencapai 2km dengan waktu penelusuran sekitar 3jam. 

Setelah dilokasi , akan terlihat mulut goa dengan tinggi sekitar 2 meter dan harus menuruni batuan besar yang licin hanya dengan bantuan senter, didalam goa terdapat zona terang , zona senja dan zona gelap kemudian didalam terdapat lorong dengan sebuah aliran sungai bawah tanah yang hanya sebatas mata kaki, lalu akan memasuki jalur pertigaan, zona senja dimana udara mulai sedikit pengap. Biota yg ditemui berupa jangkrik, wallet, kelelawar  dan ikan karae yang konon katanya termasuk spesies langka, ikan ini hanya ada di dalam goa karae makanya di sebut ikan karae. 

Ada beberapa lorong yang awalnya berukuran besar , bisa dilewati dengan berjalan biasa tapi beberapa meter kemudian lorong berubah menyempit yg mengharuskan kita berjalan jongkok sampai merayap.
Dan ketika semakin asik menelusuri lorong , akan ada perubahan suhu , udara yang sedikit sesak dan sangat gelap, nah tandanya sudah berada di zona gelap total. 

Biota dizona ini berupa laba laba dan kelelawar, sampai akhirnya berjalan dengan keadaan goa yang semakin menanjak maka semakin dekat dengan mulut goa. Disitulah bertemu sebuah lorong seperti aula , dimana udara sedikit ringan dan terlihat cahaya masuk ke dalam goa. 

Tapi untuk menuju ke mulut goa dengan ketinggian 10 meter, kita harus memanjat batu-batuan besar itu dengan bantuan tali kernmantel. 

CP1712K

Single Rope Technique

Posted on Updated on

Single Rope Technique (SRT) 
SRT adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode. Namun yang paling banyak dipergunakan adalah Frog Rig System.

Teknik yang lain adalah: rope walker, Texas Rig, jumaring, Mitchele System, floating cam system.

Sistem frog rig menggunakan alat:

  • Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha. Jenis-jenisnya adalah: bucklet, avantee, croll, rapid, dan fractio.

    • Chest ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR.

    • Hand ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan. Di bagian bawah dipasang descender, tempat digantungkannya foot loop dan cows tail.

      • Descender, dipergunakan untuk menuruni tali. Ada beberapa jenis descender: Capstand (ada dua macam: simple stop dan auto stop), whaletale, raple rack (ada dua macam: close rack dan open rack), figure of eight, dan beberapa jenis lagi yang prinsip kerjanya sama dengan figure of eight.

        • Mailon rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu: Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop seat harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti descender berikut karabiner friksinya dan cowstail.

          • Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat seperti gambar diatas. Hal ini sangat mengurangi kelelahan pada waktu ascending di pitc-pith yang panjang

            • Cows tail, memiliki dua buat ekor. Satu terkait di hand ascender, dan satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.

              • Chest harness,untuk melekatkan chest ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali. Chest harness lebih baik jika dapat diatur panjang pendeknya (adjustable), sehingga memudahkan pengoperasian, terutama apabila terjadi kasus dimana chest ascender terkunci di sambungan atau simpul, atau pada saat rescue.

                  Teknik-teknik yang harus dipelajari untuk SRT adalah ascending dan descending dengan penguasaan melewati jenis-jenis lintasan dan medan.
                  Melewati intermediate anchor

                  Melewati deviation anchor

                  Melewati sambungan tali

                  Melewati lintasan tyrolean, menggunakan satu tali dan dua tali.

                  Meniti tali dengan medan slope (miring)
                  Meniti tali keatas dengan menggunakan dua alat Ascender. Untuk Teknik Frog System menggunakan Jammer atau Basic Jammer pada bagian atas yang didorong dengan tangan dan menggunakan Croll (Chest Ascender) yang dipasang didada.

                  Sebelum memulai meniti tali harus memperhatikan pemasangan alat yang benar.

                  Pemasangan Croll harus benar-benar rapat kebadan, agar supaya pada saat naik Croll tetap tegak lurus yang memudahkan melewati tali.

                  Untuk mendapatkan ikatan Chest Harness yang pas, sebaiknya memasangnya dengan sambil membungkuk atau mengencangkannya kembali setelah Croll terpasang ditali.
                  Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki.

                   Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.

                  Rappelling (Descending/Abseiling)
                  Teknik menuruni tali dengan menggunakan peralatan Descender. Umumnya peralatan yang digunakan adalah Bobbins (Capstand) jenis Simple atau Autostop. Kemudian menambahkan carabiner Non Screw untuk menambah friksi pada tali agar lebih mudah mengontrol laju dan merubah arah tarikan tali kesamping atau keatas. Dibawah ini tahapan ketika akan melakukan rappelling :

                  Memasang Descender Pasang cowstail pada carabiner anchor atau pada tali diantara main anchor dan back up anchor. Kemudian buka pintu descender lalu lilitkan tali sesuai dengan gambar yang tertera pada alat. Kencangkan tali dengan menarik tali sekuat kuatnya dan masukan tali pada carabiner friksi. 

                   

                  WISATA ” GEOPARK CILETUH ” SUKABUMI JAWABARAT

                  Posted on Updated on


                  Geopark Ciletuh Sukabumi ini adalah salah satu lokasi liburan keren yang patut untuk kalian pertimbangan. Terutama untuk kalian yangingin berwisata alam dengan tangantan. Geopark Ciletuh Sukabumi atau taman alam batuan tua yang ada di Ciletuh, Sukabumi, Jawa Barat ini adalah tempat wisata alam yang keren di Jawa Barat. Geopark Ciletuh sendiri terletak disebelah selatan Sukabumi tepatnya di desa Ciwaru, Ciemas, Sukabumi, Jawa Barat
                   Untuk menuju tempat ini disarankan menggunakan kendara pribadi yang tentunya sehat untuk dibawa jalan jauh ya, dikarenakan jalan menuju Geopark Ciletuh masih saat rusak bisa dibilang  jalannya offroad.

                   Disebutkan juga, kalau menurut para ahli geologi yang pernah meneliti Geopark Ciletuh Sukabumi, tempat ini adalah salah satu kawasan dengan batuan tertua yang ada di Pulau Jawa.
                  Dahulu nya tempat ini adalah laut. Namun kini telah terangkat dari bawah laut, dan kemudian terkenal sebagai Geopark Ciletuh. Bentang alam di Teluk Ciletuh ini memang menarik. Lansekap yang membentang berbentuk menyerupai amfiteater raksasa yang mirip seperti tapal kuda yang menghadap langsung ke arah Samudera Hindia.
                  Biasanya, untuk mengunjungi Geopark Ciletuh memelurkan waktu antara 3-4 hari. Karena Geopark Ciletuh sendiri banyak memiliki wisata dabn potensi alam yang wajib untuk dinikmati. seperti contoh :

                  1. Pananjoan

                  Panenjoan sendiri adalah titik tertinggi sekaligus menjadi gerbang masuk menuju objek wisata Ciletuh. Dari Panenjoan, gunung-gunung yang mengelilingi geopark terlihat indah berjajar di sisi kiri dan kanan. Samudra Hindia yang biru juga terlihat berbatas cakrawala.
                  Saat musim penghujan, biasanya hamparan sawah juga terlihat menyejukkan. Tapi, bahkan ketika kemarau mendera dan sawah-sawah cokelat mengering, keindahannya masih terasa. Dari Panenjoan, pemandangan Ciletuh memang seperti sebuah lukisan. Dari seberang Panenjoan, Curug Cimarinjung dan Curug Cikenteh bisa terlihat. Airnya mengalir merayapi tebing. Sungguh memanjakan mata.

                  Hasil gambar untuk panenjoan

                  Hasil gambar untuk panenjoan

                  Hasil gambar untuk panenjoan


                  2. Pantai  Palangpang 
                  Pantai Palangpang sendiri terletak diselatan Sukabumi, dipantai ini juga terdapat tugu GEOPARK CILETUH
                  dan kita bisa mendirikan tenda atau mencari penginapan . Untuk biaya masuk  dan mendirikan tenda dipantai ini tidak dikenakan biaya apapun asal satu ya MENJAGA KEBERSIHAN hhehe

                  Hasil gambar untuk pantai palangpang geopark ciletuh

                  Tugu GEOPARK CILETUH di pantai Palangpang

                  Hasil gambar untuk pantai palangpang geopark ciletuh

                  Sunset Pantai Palangpang

                  Mejeng dikit yee hhihi

                  Roti + Kopi = Cocok 

                  Lanjut lagi….

                  3. Curug Cimarinjung
                   Curug Cimarinjung merupakan air terjun yang berasal dari aliran Sungai Ciemas. Lokasi air terjun berjarak beberapa kilometer dari Pantai Palangpang. Itulah sebabnya di sepanjang jalan setapak menuju air terjun ini kita akan disuguhi oleh pemandangan Samudra Hindia. Jalan setapak yang harus kita lewati untuk sampai ke lokasi air terjun adalah sekitar 400 meter dari parkiran. Perjalanan tak akan terasa melelahkan karna selain pemandangan Samudra Hindia di kejauhan sana, hamparan persawahan juga dapat kita lihat di sepanjang perjalanan. Curug Cimarinjung sendiri memiliki tinggi sekitar 40. Curug ini juga berada di tebing batu yang berwarna kecoklatan khas Geopark Ciletuh, biaya masuk ke curug ini pun cukup murah hanya Rp. 3.000,- ” murah bukan..

                  Hasil gambar untuk curug cimarinjung sukabumi

                  4. Curug Sodong 

                   Beralihan ke wisata ke 3, Curug Sodong adalah salah satu air terjun yang berada di kawasan Ciletuh Geopark. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 20 meter. Keunikan dari air terjun ini adalah pemandangan alamnya yang indah, di sekitar air terjun ini tumbuh pepohonan yang hijau dan rindang. Dinamakan “sodong” karena di balik air terjun ini terdapat cekungan yang menyerupai sebuah gua. Dan dalam istilah bahasa sunda, cekungan yang menyerupai gua tersebut sering disebut sebagai “sodong”.
                  Air terjun ini memiliki nama lain selain Curug Sodong, yaitu Curug Kembar dan Curug Panganten. Nama tersebut disematkan pada air terjun ini karena memiliki aliran yang serupa atau kembar, dan mirip layaknya sepasang pengantin yang saling berpasangan. Keunikan dari air terjun ini lainnya adalah hembusan airnya yang cukup kuat, jadi jika kamu berada tepat didepan air terjunnya, maka bajumu akan cepat basah. biaya masuk kesi sangat murah hanya Rp. 10.000,-/ 1motor ( dua orang ). 

                  Selain terkenal dengan keindahannya, ternyata Curug Sodong ini memiliki keunikan dari cerita rakyat yang berkembang di masyarakat mengenai air terjun ini. Mitos pertama diceritakan bahwa dahulu ditempat ini sering dipakai untuk mengetes ilmu kanuragan yang telah dipelajari oleh seseorang. Mereka yang ingin mengetes ilmu mereka harus memotong-motong bagian tubuhnya menjadi beberapa bagian, tubuh mereka kemudian dihanyutkan dari puncak air terjun. Potongan tubuh tersebut konon akan bersatu kembali saat mencapai dasar air terjun. Dan saat tubuh itu bersatu kembali, maka ilmu yang dipelajari telah sempurna dan berhasil dipelajari.
                   Mitos kedua disebutkan bahwa sepasang kekasih yang belum menikah dilarang untuk berenang di danau kecil dari hasil tumpahan air terjun ini. Jika mitos ini dilanggar maka pasangan kekasih tersebut akan mati tenggelam. Hal ini konon pernah terjadi pada tahun 2000-an. Saat itu ada sepasang kekasih yang mencoba berenang di danau kecil Curug Sodong ini tiba-tiba tenggelam dan jasad mereka hilang. Setelah beberapa hari jasad mereka ditemukan tepat dibawah air terjun. Setelah jasad mereka diangkat, esok harinya air terjun tiba-tiba berhenti mengalir dan selama beberapa hari air terjun tersebut mengering seakan tak pernah ada air terjun disana.

                  Hasil gambar untuk curug sodong

                  5. Curug Cikanteh
                   Curug Cikanteh adalah salah satu air terjun yang berada di kawasan Ciletuh Geopark Sukabumi. Curug Cikanteh ini memiliki ketinggian sekitar 60 meter. Diatas Curug Cikanteh ini terdapat air terjun lainnya yang berukuran sekitar 100 meter dan bernama Curug Ngelay. Tapi Curug Ngelay ini tidak bisa dijangkau, dikarenakan aksesnya yang sangat sulit dan berbahaya. Dinamakan sebagai Curug Cikanteh karena sungai yang mengaliri air terjun ini bernama Sungai Cikanteh, maka dari itu pula air terjun ini dinamai sama yaitu Curug Cikanteh.

                  Keunikan dari air terjun ini adalah letaknya yang sangat tersembunyi. Untuk mencapai air terjun ini kita harus berjalan sedikit melimpir kekanan dari curug sodong , menanjak bukit menyebrangi sungai dan melewati hutan tropis yang sejuk. kecurug ini tidak dipungut biaya alias gratis..

                  Hasil gambar untuk curug cikanteh

                  6. Puncak Darma
                   Puncak Darma merupakan salah satu spot tertinggi yang ada di kawasan Ciletuh Geopark. Puncak Darma memiliki ketinggian sekitar 230 mdpl. Kawasan Ciletuh Geopark jika dilihat bagaikan sebuah tapal kuda yang berbentuk setengah lingkaran. Dan dari Puncak Darma inilah Teluk Ciletuh dan Pantai Palangpang terlihat jelas membentuk sebuah setengah lingkaran yang cantik.
                  Tak hanya pemandangan laut dan samudera yang bisa kita lihat dari tempat ini, barisan rumah dan sawah terlihat membentuk sebuah petak-petak kecil layaknya sebuah diorama mini. Sebelum tiba di Puncak Darma.  Ditempat ini pun kita bisa mendirikan tenda , biaya nya pun terbilang murah hanya rp. 10.000,-


                  Hasil gambar untuk puncak darma Hasil gambar untuk puncak darma

                   Sebenarnya masih banyak wisata dikawasan Geopark Ciletuh yang sangat indah , ya cuma karena kebetulan waktu tidak banyak untuk mengexplore keindahan disana jadi wisata ini yang dapat saya bagikan.
                   Semoga sedikit informasi ini dapat membantu teman-teman yang sedang menentukan tujuan liburan 🙂 Dan jangan lupa dimana pun kita berada tetap jaga dan lestarikan alam ini karena alam ini juga punya kita sendiri , masih ada anak cucu kita yang berhak menikmatinnya juga..


                  sekian,
                  salam manis
                  by. @sitifatimah 

                   

                   

                  Wisata Kampung Suku Baduy

                  Posted on Updated on

                  Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alam dan budaya. Berbagai macam suku dan budaya serta dengan kekayaan alamnya hidup berdampingan di Indonesia. Tak jarang kekayaan budaya dan alam di suatu daerah menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk mengunjunginya.
                  Provinsi Banten terkenal dengan banyaknya objek wisata. Mulai dari wisata alam hingga wisata religi ada di provinsi ini. Berbicara tentang kekayaan budaya, provinsi ini pun tidak kalah kekayaan budayanya. Mungkin anda sering mendengar suku Baduy. Sebuah suku yang hidup di pedalaman Banten.
                  Suku Baduy merupakan suku yang hidup secara terisolir dari dunia luar. Mereka hidup secara sederhana dan menyatu dengan alam. Alam yang masih alami dan budaya yang ditawarkan oleh kampung suku Baduy menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi daerah ini.
                  Kampung wisata baduy terletak di desa Cibeo kabupaten Lebak. Sekitar 40 Km dari Rangkasbitung. Wisata kampung suku Baduy merupakan wisata alam sekaligus wisata budaya. Dimana anda dapat menikmati alamnya yang masih asri serta mengenal lebih jauh budaya suku Baduy yang terlihat masih tradisional sekali.
                  Suku Baduy sendiri terdiri dari 2 macam. Yaitu suku Baduy luar dan suku Baduy dalam. Secara penampilan, suku Baduy dalam memakai baju dan ikat kepala serba putih. Sedangkan suku Baduy luar memakai pakaian hitam dan ikat kepala berwarna biru.
                  Secara budaya, suku Baduy dalam lebih teguh memegang adat istiadat suku mereka, sedangkan Baduy luar sudah mulai terpengaruh dengan budaya dari luar. Persamaan dari keduanya, mereka pantang untuk menggunakan alas kaki, teknologi modern dan transportasi modern. 

                  Salah satu daya tarik berwisata di kampung suku Baduy adalah kealamian alam tempat mereka tinggal. Suku Baduy dapat tinggal tanpa intervensi dari dunia luar, tanpa campur tangan dunia luar yang dapat merugikan mereka.
                  Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki tanpa kendaraan. Sangat dianjurkan untuk menggunakan jasa pemandu wisata. Karena pada perkampungan baduy terdapat adat istiadat dan pantangan yang harus dipatuhi oleh semua yang berada di dalamnya termasuk pengunjung.
                  Ketika baru memulai perjalanan, anda akan melihat rumah-rumah suku baduy luar dan bila beruntung anda dapat berfoto bersama mereka. Lanjut berjalan lagi anda akan menemui jalur yang sedikit berbatu dan naik turun. 

                  Anda juga akan melewati banyak sungai kecil dan lumbung milik Rumah rumah di perkampungan Baduy masih terbuat dari bambu dan ijuk serta semuanya menghadap ke arah yang sama. 

                  Sebelum masuk ke perkampungan Baduy Dalam anda akan melewati sebuah jembatan kayu yang tidak terlalu lebar.

                  Wilayah Baduy Dalam masih sangat alami dan lebih sepi dibandingkan wilayah Baduy Luar. Di wilayah ini anda akan di manjakan dengan pemandangan perbukitan yang masih hijau dan sungai yang masih jernih. Anda akan terkagum-kagum dengan bagaimana cara suku Baduy bisa hidup menyatu dengan alam dan menjaganya agar tidak rusak.
                  Di akhir perjalanan, anda akan menginap di rumah suku Baduy Dalam. Bawalah makanan untuk dimasak disana. Disini anda tidak diperkenankan untuk menggunakan teknologi modern juga tidak boleh menggunakan bahan-bahan kimia untuk membersihkan diri. Anda akan benar-benar hidup dengan alam.

                  Untuk mencapai kampung suku Baduy, anda harus menuju Rangkasbitung terlebih dahulu. Untuk menuju Rangkasbitung anda dapatmenggunakan kendaraan umum seperti kereta atau bis. Anda juga dapat menggunakan kendaraan pribadi.
                  Setelah sampai di Rangkasbitung, anda harus melanjutkan perjalanan menuju Ciboleger. Sesampainya di Ciboleger, anda harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Semua kendaraan diharuskan untuk ditinggal.
                  Wisata ke kampung suku Baduy ini sangat cocok untuk anda yang menginginkan wisata alam dan budaya suku pedalaman namun mengeluarkan biaya yang murah dan jarak yang relatif dekat. 

                  MATERI CAVING / Penelusuran Gua

                  Posted on Updated on

                  A. SPELEOLOGI
                  Speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua. Diambil dari kata-kata yunani spelation = gua dan logos = ilmu. Namun gua tidak bisa berdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang melingkupi. Jadi speleologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya.

                  Di indonesia ilmu ini berkembang tahun 1980-an. Sedangkan di inggris dan jerman sudah dipelajari secar intensif mulai pertengahan abad 19. Sebelum membicarakan speleologi lebih lanjut, harus kita ketahui defisi dari “gua “ itu sendiri,
                  Menurut ius (internasional union of speology) yang berkedudukan di wina, austria. Gua adalah setiap ruangan di bawah tanah, yang dapat dimasuki orang

                  Menurut dr r. K. T. Ko (ketua hikespi,1985). Gua adalah suatu lintasan sungai di bawah tanah yang masih mengalirnya (khususnya daerah batu gamping)

                  Gua memiliki ciri khas dalam mengatur suhu udara di dalamnya, yaitu pada saat udara di luar panas, maka udara di dalam gua akan terasa sejuk, begitu sebaliknya.

                  Sifat tersebut menyebabkan gua dipergunakan tempat berlindung. Jenis gua di indonesia kebanyakan batuan gamping/karts.

                  Lahirnya ilmu speleologi

                  secara resmi ilmu speleologi lahir pada abad 19 an berkat ketekunan edward  alferd martel, sewaktu kecil ia memasuki gua hahn di belgia dengan ayahnya seorang ahli paleontologi, kemudian mengunjungi gua pyrenee di swiss dan italia.

                  pada tahun 1888 ia memulai memperkenalkan penelusuran gua menggunakan alat, pada musim panas ia dan teman-temannya mengunjungi dengan membawa gerobak yang isinya peralatan untuk penelusuran gua (martel, alat pengukur, kompas, alat p3k dan makanan) karena kegigihan dia dalam meneliti gua maka edward ini disebut barak speleologi.

                  lahirnya speleologi di indonesia, berkembang pada tahun 1980 dan olah raga alam ini masih tergolong baru dibandingkan rafting, mountenering dan panjant tebing. Pada tahun ini terdapat club yang berkecimpung masalah keguaan yaitu specavina yang didirikan oleh norman edwin dan dr r.k.t ko ketua hikepsi sekarang. Namun dengan perbedaan pendapat maka terpecahlah ada yang masih mendirikan hekespi dengan ketuanya dr. R.k.t ko dan norman e mendirikan club yang berpusat di jakarta yaitu garba bumi. Kemudian tahun tersebut muncul club-club penyusur gua diantaranya :

                  Bsc : bogor speleological club

                  Dsc : denpasar speleological club

                  Scala : speleo club malang

                  Sss : salamander speleo surabaya

                  Jsc : jakarta speleo club

                  Asc : acintyacunyata speleoligical club

                  Dari beberapa club di atas yang masih ksis yaitu asc yang lain sudah tinggal nama.

                  B. Sejarah Penyusuran Gua

                  Penyusuran gua pertama kali dilakukan oleh John Beaumont, seorang ahli bedah dari Somerset, England pada tahun 1674. namun penyusuran tersebut tidak dilandasi oleh tujuan yang jelas, sehingga pelaksanaannya kurang matang.

                  Sedangkan orang yang berjasa dalam mendeskripsikan gua-gua dengan tujuan ilmiah adalah Baron Johan Valsavor (Slovenia) sekitar tahun  1670 – 1680. Ia berhasil memasuki 70 gua, membuat peta, sketsa dan menyusun buku setebal 2800 halaman.

                  Sedangkan penelusuran gua di Indonesia sendiri, mulai muncul pada tahun 1980 dengan berdirinya “Specavina” oleh Norman Edwin dan Dr. R.K.T. Ko, yang selanjutnya bercabang menjadi “Gerba Bumi”, yaitu sekelompok penelusur gua yang berkiblat ke petualangan dan olah raga, serta “Hikespi” yaitu kelompok penelusur gua yang berakibat pada penelitian ilmiah dan konservasi.

                  Gua adalah bentukan lorong, sumuran, ruangan yang ada didalam tanah. Menurup IUS (International Unio of Speleology) berkedudukan di Wina, Australia, gua adalah sebuah ruang di bawah tanah yang bisa dimasuki oleh manusia.

                  Ilmu yang mempelajari tentang gua dan lingkungannya disebut speleology. Berasal dari bahasa Yunani yaitu spelalion = gua, dan logos = ilmu, lingkungan sekitar gua dapat berupa aliran lava yang membeku, batu pasir (sandstone), batu gamping (karts), gletser dan sebagainya.

                  Ada juga istilah spelunca (bahasa latin dari gua). Di Indonesia istilah yang paling sering dipakai adalah penelusuran gua (caving) tanpa merujuk tujuannya masuk gua.

                  C. Pengetahuan Tentang Gua

                  Menurut proses terbentuknya, gua dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

                  Gua Lava, yaitu gua yang terbentuk akibat aktifitas vulkanik dari gunung berapi. Ketika terjadi letusan, lava yang dimuntahkan mengalir kebawah membentuk alur-alur memanjang. Ketika bagian atas/permukaan lava sudah membeku, laca yang dibawah permukaan masih mengalir terus sehingga menimbulkan rongga atau lorong.

                  Gua Littoral, yaitu gua yang terbentuk didaerah tebing pantai, akibat pengikisan yang dilakukan oleh angin dan gelombang laut.

                  Gua Kapur atau Limenstone, yaitu gua yang terjadi didalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah. Gua kapur inilah yang menjadi obyek penelusuran dan ekspoitasi bagi pecinta alam atau penelitian yang tidak habis-habisnya oleh para ilmuwan. Hal ini disebabkan karena banyak daerah atau kawasan hunian yang berstruktur batuan kapur, sehingga gua-gua yang ada disekitarnya, bagaimana pun juga mempunyai pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

                  Proses Terjadinya Gua Kapur

                  Batuan kapur terbentuk dari kalsium karbonat yang tidak mudah larut oleh air. Tetapi air hujan yang mengandung karbondioksida (hasil penyerapan udara dan tanah) dapat melarutkannya. Batuan kapur mempunyai karateristik yang khas yaitu banyak retakan-retakan horizontal maupun vertikal. Dan ketika air hujan masuk ke celah tersebut terjadi pelarutan sehingga celah/retakan tersebut makin lama makin membesar.

                  Semua aktifitas diatas terjadi di lapisan bawah tanah dari batuan kapur, disebut zona seturasi, yaitu zona yang berada  di bawah muka air bebas (water table), seturasi berarti daerah itu jenuh dengan air. Sedangkan water table adalah batas permukaan dari zona seturasi.

                  Aktifitas pelarutan semakin lama semakin membesar, sehingga timbul lorong vertikal atau horizontal bahkan ruangan yang semuanya terisi air, dan pada beberapa tempat mereka saling bertemu sehingga membentuk suatu jaringan. Pada suatu waktu, water table turun akibat adanya pergerakan bumi, sehingga lorong-lorong tersebut menjadi gua-gua yang kering (dry caves), dimana air masih ada/mengalir. Pada beberapa tempat menjadi kolam ataupun sungai di bawah tanah.

                  Setelah tahapan di atas, gerakan bumi yang terjadi serta erosi yang dilakukan air bawah tanah dan proses air hujan melalui retakan di sepanjang dinding gua, merubah bentuk dan struktur gua. Kemudia  beberapa bentuk khas dari gua mulai terjadi, antara lain :

                  Stalaktit, yaitu ornamen gua yang membetuk ujung tombak memanjang dan meruncing ke bawah, menempel pada atap gua. Ini terjadi karena air yang mengandung larut yang tinggi menetes melalui titik kecil pada atap gua. Sebelum air menetes jatuh, mengalami penguapan sehingga larutan kapur yang terkandung di dalamnya menempel pada atap gua dan proses ini berjalan terus-menerus hingga akhirnya menjadi bentukan yang menyerupai  pipa kecil dengan lubang straw. Pada tahap tertentu terjadi penyumbatan pada lubang-lubang sehingga air tidak lagi mengalir melalui ujung pipa tersebut, tetapi kembali merembes melalui pangkal pipa dan melewati bagian luar pipa menuju ujung pipa kembali dan menetes ke bawah. Akhirnya, bagian luar dari daerah pangkal pipa paling banyak mendapat tumpukkan atu tempelan larutan kapur, sehingga timbul bentukkan yang menyerupai kerucuk terbalik (stalaktit).

                  Stalakmit, terbentuk dari proses terjadinya stalaktit. Ketika air menetes jatuh ke lantai gua,  terjadi penguapan air, maka timbul penumpukkan larutan kapur yang membetuk kerucut memanjang dan meruncing ke atas.

                  Stalaktit dan stalakmit yang ujung-ujungnya menyatu, menyerupai pilar/tiang disebut Column.

                  Drapery/korden, proses terjadinya hampir sama dengan stalaktit, hanya saja perembesannya terjadi pada sebuah celah (crack) yang memanjang pada atap gua, sehingga bentukan yang tumpul menyerupai tirai-tirai seperti korden jendela yang menggantung pada atap menuju ke bawah dengan lekukan-lekukannya.

                  Flowstone, terjadi karena penumpukkan larutan kapur pada celah memanjang yang horizontal pada dinding gua, sehingga membentuk satu gundukan berbentuk separuh bola yang permukaannya/lapisan luarnya seperti air mengalir.

                  Gourdam (dam), bentuknya seperti kolam kecil yang saling menyambung dan menumbuk sehingga membentuk jaringan persis daerah persawahan. Terjadi karena permukaan dari lantai gua tidak rata, sehingga pada suatu tempat kapur yang terlarut air mengalir ke dasar gua terhambat dan membentuk dinding sesuai dengan alur lantai yang menahannya dan terjadi secara berulang-ulang.

                  Helektite, yaitu bentuk stalaktit yang aneh karena bisa bercabang sejajar dengan atau gua, bahkan pertumbuhannya kadang tidak ke bawah tetapi ke atas menuju atap seperti melawan daya tarik bumi (gravitasi). Ada beberapa teori yang muncul tentang terbentuknya helektite, sebagai berikut :

                  1).    Pada tekanan udara tertentu pertumbuhan menjadi horizontal arahnya.

                  2).    Angin membuat pertumbuhan tidak vertikal ke bawah.

                  3).    Ada beberapa molekul tertentu maupun bakteri yang mempengaruhi pertumbuhan.

                  D. Habitat Gua

                  Semua makhluk yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di dalam gua disebut troglodyte. Habitat troglodyte berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan komunitasnya dapat dibagi menjadi empat zon, yaitu :

                  Zona terang, daerah yang merupakan mulut gua, cahaya masih sama seperti di luar gua.

                  Zona senja, merupakan daerah di dalam gua dimana tumbuhan hijau masih bisa tumbuh. Cahaya pada daerah ini pada senja hari.

                  Zona gelap dengan suhu berubah, merupakan daerah gelap total yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban yang masih bisa berubah setiap saat sesuai dengan perubahan keadaan cuaca luar.

                  Zona gelap dengan suhu tetap, merupakan daerah yang terjauh dari mulut gua dengan suhu dan kelembaban yang selalu tetap.

                  Binatang dalam gua dapat dibagi menjadi tiga macam kelompok, yaitu :

                  a. Troglopile, yaitu binatang yang menyukai kegelapan, tetapi masih mencari makan di gua tersebut. Contohnya ; kelelawar dan burung walet. Sekalipun tempat tinggal mereka sudah termasuk dalam zona gelap total, tetapi fluktuasi suhu dan kelembaban masih konstan. Jadi troghopile memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung.

                  b. Trogloxine, yaitu binatang yang hanya secara kebetulan ada didalam gua, karena sebenarnya binatang itu asing bagi kehidupan gua tersebut. Contohnya ; musang, ular, dan sebagainya. Binatang ini biasanya terdapat pada mulut gua sampai zona senja.

                  c. Troglobion, yaitu binatang yang seluruh siklus kehidupannya sudah dilakukan di dalam gua, sehingga memiliki sifat yang berbeda dengan binatang sejenisnya di permukaan tanah. Contohnya ;  seekor ikan yang sudah sekian lama hidup dan berkembang biak dalam gua pada zona tertentu mengalami perubahan fisik menjadi tidak berpigmen, penglihatan tidan berfungsi dan alat peraba menjadi lebih telanjang. Hal demikian dapat terjadi setelah melalui waktu yang lama dan habitanya sudah benar-benar terisolasi dari pengaruh luar.

                  E. Menagement Penelusuran

                  Management penelusuran terbagi dalam beberapa tahapan, sebagai berikut :

                  1. Sebelum penelusuran 

                  a.            Non teknis

                  1).    Pengumpulan data dan informasi mengenai gua

                  2).    Perajinan dan surat jalan yang dibutuhkan

                  b.            Teknis

                  1).    Perlengkapan/logistik yang dibutuhkan

                  2).    Jumlah personil yang memadai (minimal 3 orang)

                  3).    Meninggalkan pesan kepada orang lain tentang pelaksanaan kegiatan

                  2. Selama penelusuran

                  Ada pembagian tugas dan wewenang dalam team selama kegiatan berlangsung sehingga terkoordinir dengan baik.

                  3. Setelah penelusuran 

                  a.            Cheeking peralatan

                  b.            Perawatan peralatan

                  c.            Evaluasi kegiatan

                  d.            Pembuatan laporan kegiatan

                  F. Perlengkapan Penelusuran Gua

                  Perlengkapan/peralatan penelusuran gua dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

                  Perlengkapan pribadi (personal equipment), berupa :

                  a.      Pakaian, terbuat dari bahan yang tembus air tetapi mudah menguap bila basah, untuk menjaga suhu tubuh agar tidak terlalu berbeda dengan suhu lingkungan. Pakaian yang ideal digunakan adalah coverall/wervak.

                  b.      sepatu, biasanya digunakan sepatu boot, karena medan yang dihadapi biasanya berlumpur.

                  c.      Helm boom, untuk menjaga/melindungi kepala dari runtuhan atau antukkan baitu.

                  d.      Survival kit, berbeda dengan survival kit di gunung hutan karena yang dikhususkan pada perlengkapan ini adalah bagaimana menghadapi keterbatasan di gua. Biasanya diutamakan adalah cahaya, logistik serta obat-obatan, baru menyusul lainnya.

                  e.      Single Rop Technique (SRT), merupakan teknik untuk melintasi lintasan vertikal yang berupa satu lintasan tali. Teknik ini mengutamakan keselamatan dan kenyamanan saat penelusuran gua vertikal. Dalam pelaksanaannya digunakan alat berupa SRT set yang terdiri dari :

                  1).    Seat harness, digunakan untuk mengikat tubuh yang dipasang pada pinggang dan paha.

                  2).    Ascender, digunakan untuk naik atau memanjat lintasa. Ascender dibedakan menjadi hand ascender digunakan untuk dipegang di tangan dan chest ascender digunakan untuk diikatkan di dada

                  3).    Descender, digunakan untuk menuruni lintasan. Ada beberapa macam descender, tetapi umumnya yang sering digunakan adalah capstand. Ada dua jenis capstand, yaitu simple stop descender (bobbin/non auto stop) dan auto stop descender bisa juga memakai figure 8

                  4).    Mailon Rapid (MR), ada dua macam, yaitu Delta MR (besar), digunakan menyambung (dua loop) sent harness, ada dua bentuk yaitu Delta dan Semi Cireular. Dan Oval MR (kecil), digunakan untuk menyambung chest ascender dengan Delta MR  atau Semi Circular MR.

                  5).    Chest harness, digunakan untuk mengikatkan seat harnes dengan dada, biasanya menggunakan weebing.

                  6).    Cowstail, dibuat dengan tali dinamik dan simpul dengan salah satu cabangnya lebih pendek. Cabang yang pendek digunakan sebagai pengaman saat akan mulai/selesai melintasi tali atau berpindah lintasan. Cabang yang panjang digunakan untuk menghubungakan hand ascender dengan tubuh. Pada kedua ujung cowstail dipasang carabiner no screw.

                  7).    Foot loop, digunakan untuk pihakan kaki dan dihubungkan dengan ascender. Ada beberapa bentuk foot loop yang biasa digunakan, yaitu single foot loop, double foot loop dan stirup.

                  Perlengkapan Tim (team equipment), berupa :
                  a.            Tali,  digunakan sebagai lintasan yang akan dilalui, biasanya menggunakan karmantel rop jenis static rop yang mempinyai kelenturan 8 – 12 %.

                  .b.            Carabiner, digunakan sebagai pengait atau penghubung.

                  c.            Webbing (sling), digunakan sebagai penghambat terhadap anchor.

                  d.            Pengaman sisip, digunakan sebagai anchor bila tidak menemukan tambatan alam (natural anchor), dapat berupa chock, hexentric, frien.

                  e.            Piton atau paku tebing, fungsinya sama dengan pengaman sisip yaitu sebagai anchor.

                  f.            Driver atau hand drill, seabgai bor batuan.

                  g.            hammer, fungsinya sebagai palu.

                  h.            Spit, pengaman yang ditanam ke batuan dan dapat dilepas kembali.

                  i.            Hanger, dihubungkan dengan spit yang telah tertanam. Jenisnya adalah plate, ring, twist, cloen, asimetric.

                  j.            Tas, biasanya digunakan tackle bag yang terbuat dari bahan yang kuat dan berbentuk simpel.

                  k.            Ladder atau tangga tali, digunakan sebagai lintasan manakala lintasan yang ada tidak terlalu dalam.

                  G. Teknik Penelusuran Gua 

                  1. Gua Horizontal

                  Medan pada gua horizontal sangat bervariasi, mulai pada lorong-lorong yang mudah ditelusuri sampai lorong yang membutuhkan teknik khusus untuk melewatiya.

                  Lumpur

                  Untuk lorong yang berlumpur dapat dilewati dengan berjalan biasa bila lumpurnya tidak terlalu tebal. Bila lumpurnya tebal, misal sedalam lutut atau lebih, dapat dilalui dengan posisi seperti berenang. Dengan posisi ini akan lebih mudah bergerak dan menghemat tenaga.

                  Air

                  Dilorong yang berair, terutama gua yang belum pernah dimasuki dibutuhkan fasilitas pendukung untuk bisa melewatinya karena kedalaman air tidak diketahui, demikian juga kondisi di bawah permukaan air. Untuk keselamatan sebaiknya semua anggota team dibelay atau juga dengan moving together dimana semua anggota team terhubung dengan tali. Pada kondisi tertentu, bila dibutuhkan dan dimungkinkan dapat memakai pelampung atau perahu karet.

                  Untuk lorong yang sempit dan hampir semua terpenuh air dapat dilewati dengan teknik ducking, yaitu kepala menengadah dan kaki sebagai peraba medan di depan. Ini dilakukan agar bila ada perubahan medan secara drastis, si penelusur masih dapat mundur.

                  Pada lorong yang selurunya terisi air (sump), untuk melaluinya harus dengan menyelam (diving). Penyelamatan di gua (cave diving) sangat berbahaya dan memiliki ratio kematian 60 %. Dengan ratio sebesar ini sebaiknya tidak meneruskan penelusuran bila peralatan tidak standar.

                  Pembagian team untuk melewati medan air juga harus disesuaikan, misalnya leader tidak boleh membawa beban berat karena harus membuat lintasan dan mempelajari kondisi medan.

                  Climbing

                  Teknik climbing juga sering digunakan dalam penelusuran gua. Misalnya bila kita menemui water fall, waktu lintasa (rigging), melewati calcite floor atau oolith floor.

                  2. Gua Vertikal

                  Single Rope Technique (SRT) adalah teknik untuk melewati lintasan vertikal, yang berupa atau satu lintasan tali. Tekni ini digunakan untuk menelusuri gua-gua vertikal. Ada beberapa jenis teknik SRT seperti Texas System, Rope Walker System, Mitchele System, Floating Cam System, Jumar System, Fro Rig dan lain-lain. Namun di Indonesia khususnya di Yogyakarta memakai sistem frog rig, adapun  peralatan yang digunakan dalam sistem ini, yaitu seat harness, ascender (hand ascender dan chest ascender), descender, mailon rapid (MR), chest harness, cowstail, foot loop dan kermantle rope.

                  Pengorganisasian SRT set pada sistem ini yaitu seat harness dihubungkan dengan MR delta atau semu circular, didalam MR dirangkaikan peralatan lainnya, palang kiri cowstail yang dihubungkan dengan jummar (hand ascender) dan foot loop pada cabang yang panjang, oval MR dihubungkan dengan chest ascender terus  descender, dan paling kanan carabiner bebas sebagai pengatur laju tali yang melalui descender.

                  Karena lorong vertikal tidak merata dan berbeda-beda, maka untuk keselamatan dan kemudahan saat melewati lintasan, maka ada beberapa variasi lintasan sebagai konsekuensinya, yaitu :

                  Lintasan lurus, yaitu lintasan yang mulus  ke bawah tanpa ada gesekan lintasa dengan dinding gua.

                  Lintasan intermediate, bertujuan untuk menghilangkan gesekan tali dengan dinding gua, dengan membuat anchor pada titik gesekan.

                  Lintasan deviasi, berguna untuk menghilangkan friksi tali dengan dinding gua, dibuat dengan cara menarik tali kearah luar gesekan.

                  Lintasan sambungan, dipakai pada lintasan dimana satu buah tali terpaksa disambung untuk mencapai dasar picth.

                  H. Bahaya Penelusuran Gua

                  Kegiatan penelusuran gua adalah aktifitas yang mengandung resiko tinggi (right risk  activity). Hal itu disebabkan karena gua mempunyai medan yang berbeda dengan yang kita hadapi sehari-hari. Bahaya penelusuran gua dapat dibagi menjadi :

                  Antroposentrisme, yaitu bahaya terhadap manusia (penelusur gua). Dapat disebabkan oleh faktor :

                  Faktor manusia, bahaya ini dapat berupa tergelincir, terjatuh, terantuk, kejatuhan, tersesat, tenggelam, kedinginan, dehidrasi, gigitan binatang berbisa, dan lain-lain.

                  Perlatan yang digunakan, setiap penelusur gua harus terampil dalam penguasaan dan penggunaan alat. Pemakaian peralatan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan setiap penelusur gua. Karena pemakaian peralatan dengan cara yang salah selain merusak alat tersebut, juga bisa berakibat fatal. Ini sangat berbahaya mengingat penelusur gua sangat tergantung pada alat. Pemasangan pengamanan atau beban yang berlebihan juga harus diperhatikan oleh penelusur gua.

                  Faktor gua, dapat menimbulkan bahaya karena kemungkinan yang tak terduga seperti runtuhan atap/dinding karena gempa, juga karena adanya gas beracun dalam gua tersebut.

                  Speleosentrisme, yaitu bahaya terhadap gua yang disebabkan oleh manusia (penelusur gua). Diakui atau tidak, kegiatan penelusuran gua bagaimana pun juga akan memberikan kerusakan terhadap gua itu sendiri, kerusakannya dapat berupa rusaknya ornamen-ornamen yang ada dalam gua, terganggunya biota dalam gua dan lain sebagainya. Tinggal bagaimana komitmen dari para penelusur gua untuk dapat meminimal terjadi kerusakannya tersebut.

                  Kecelakaan lain yang sering terjadi adalah keracunan atau kekurangan oksigen (hipoksia). Tanda-tanda kadar oksigen :

                  a.            20 %          :           udara normal

                  b.            16 %          :           lilin tidak menyala

                  c.            15 %           :           pada raut muka terdapat gejala hipoksia

                  d.            12 %          :           hipoksia serius

                  e.      8 – 10 %         :           lampu karbit tidak menyala

                  f.      7 – 8 %            :           kesadaran menurun drastic diikuti kematian

                  Kekurangan oksigen biasanya terjadi dilorong-lorong sempit, ducking, juga sump. Pemakaian obor dan lampu petromak tidak dianjurkan karena menambah kadar karbondioksida (CO2). Gas CO sangat menghantui para cavers karena cepat mematikan, disamping itu tidak berbau dan tidak berwarna.

                  Gas CO dapat timbul akibat peledakan dinamit dan penyalaan api unggun pada gua, ketika bernafas dapat menghisap asap diluar gua.

                  Beberapa macam gas didalam gua, diantaranya :

                  Gas Nitro, menyebabkan bibir dan kulit kebiruan, nyeri pada kepala dan tekanan darah menurun drastis. Gas ini tidak berwarna hitam dan tidak berbau.

                  Gas Sulfur, terdapat pada daerah gunung berapi (gua lava), berbau seperti telur busuk dan tidak berwarna. Dapat diatasi dengan masker industri  atau bauan kopi.

                  Udara gua yang penuh debu, membuat sesak nafas, sakit saat bernafas dan batuk kering. Dapat diatasi dengan masker, biasanya terdapat pada gua-gua yang kering atau gua-gua yang tidak aktif lagi pembentukkannya.

                  Udara gua yang mudak meledak atau terbakar, gas metan, gua ini sangat berbahaya jika menggunakan lampu karbit atau korek api.

                  I. Kode Etik Penelusuran Gua

                  Setiap penelusuran gua menyadari bahwa gua merupakan lingkungan yang sangat sensitif dan mudah tercemar, karena itu penulusur gua harus :

                  a.            Tidak mengambil sesuatu kecuali potret (take nothing but pictuter)

                  b.            Tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak (leave nothing but footprint)

                  c.            Tidak membunuh sesuatu kecuali waktu (kill nothing but time)

                  Setiap penelusur gua sadar bahwa setiap bentuk alam didalam gua, terjadi dalam waktu ribuan tahun.

                  Setiap usaha merusak gua, mengambil/memindahkan sesuatu dari dalam gua tanpa tujuan yang jelas dan ilmiah selektif akan mendatangkan kerugian yang tidak dapat ditebus. Setiap menelusuri gua dan menelitinya diusahakan seefektif dan seefesien mungkin.

                  Dalam hal menelusuri gua para penelusur tidak memandang rendah keterampilan dan kesanggupan sesama penelusur. Penelusur dianggap melanggar etika bila memaksakan dirinya untuk melakukan tindakan-tindakan yang diluar batas kemampuannya.

                  J. BIOSPEOLOGI

                  Biospeologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan beserta kondisi lingkungan hidup organisme di dalam gua. Aspek utama yang dipelajari dalam biospeologi meliputi studi tentang organisme yang hidup di dalam gua, material organic dalam sedimen yang menyediakan makanan dasar bagi organisme, variable lingkungan (temperatur, kelembaban yang mempengaruhi distribusi, dan kelimpahan organisme), serta hubungan antar organisme atau organisme dengan lingkungan gua.

                  1. Karakteristik lingkungan gua

                  Meski di dalam gua kondisi lingkungan beragam, tetapi bila dibandingkan dengan kondisi fisik lingkungan di luar gua akan mempunyai keragaman yang lebih kecil. Beberapa parameter fisik yang berkaitan dengan kondisi fisik gua antar lain :

                  a.            Suhu di dalam gua mendekati rata-rata suhu tahunan daerah di luar gua.

                  b.            Kelembaban yang sangat tinggi mencapai lebih dari 90% dan jarang dibawah 80 %

                  c.            Secara kimiawi air gua dicirikan dengan kadar alkali dan pH yang relatif tinggi.

                  d.            Pada aliran sungai di gua, kosentrasi oksigen biasanya tinggi, tapi dalam kolom Rimstone yang airnya berasal dari rembesan dan resapan, kandungan oksigennya bisa rendah.

                  2. Zona lingkungan gua

                  Moore dan Sullivan, 1978 membagi lingkungan gua menjadi 3 bagian, yaitu :

                  a.            Zona terang ( Twilight Zone)

                  Merupakan daerah yang dekat dengan mulut gua yang memungkinkan mendapat sinar matahari secara langsung. Zona ini memiliki densitas organisme yang tinggi.

                  b.            Zona peralihan ( Middle Zone)

                  Zona ini dicirikan dengan adanya daerah gelap total, tetapi memiliki kelembaban dan temperature yang berfluktuasi pada siang dan malam hari. Zona ini masih bisa mendapatkan cahaya matahari walaupun tidak secara langsung, yaitu melalui pantulan.

                  c.            Zona gelap (Totally Dark Zone)

                  Merupakan cirri gua yang memiliki kegelapan abadi, dimana secara alami tidak ada cahaya matahari yang bisa masuk. Temperaturan dan kelembaban relative konstan sepanjang tahun, kalaupun ada variasi mempunyai fluktuasi kecil.

                  Sejalan dengan perubahan zonasi diatas, tekanan atmosfer dan temperature dalam gua akan semakin menurun. Adanya penurunan diatas mengakibatkan aliran udara didalam gua sangat kecil.

                  3. Adaptasi biota gua

                  Guna menjaga kelangsungan hidupnya dan kelestarian generasinya, maka organisme gua melakukan bentuk-bentuk adaptasi guna menghadapi kondisi lingkungan guayang sangat ekstreem dan spesifik. Adapun bentuk adaptasi yang dilakukan oleh biota-biota tersebut secara garis besar dibagi 4, yaitu :

                  a. Kompensasi sensori (Alat perasa)

                  Sensor terhadap cahaya (penglihatan) mengalami kemunduran / reduksi dan digantikan dengan sensor terhadap gerakan dan perabaan yang mengalami peningkatan menjadi sangat peka. Peningkatan kepekaan alat perasa pada saatnya akan menghasilkan pertambahan anggota tubuh yang berfungsi sebagai alat perasa.

                  b. Adaptasi terhadap kelembaban tinggi

                  Organisme gua yang hidupnya di daerah tidak berair (terrestrial) harus beradaptasi dengan udara yang jenuh dengan uap air. Ada batas maksimum toleransi terhadap kelembababan hewan gua yang masuk Arthropoda terrestrial yang hidup di permukaan tanah. Howarth (1983) menyatakan bahwa hewan-hewan gua mampu melakukan mekanisme ekskretori (pengeluaran) air yang efektif sehingga akan meningkatkan permeabilitas kutikuler dengan cara mereduksi kutikula.

                  c. Metabolisme Ekonomi

                  Karena maknan sangat jarang di dalam gua, hewan gua akan menurunkan laju metabolisme yang bertujuan menghemat energi yang memungkinkan hewan untuk bertahan terhadap kelaparan. Selain itu, hewan akan mempunyai cadangan energi untuk keperluan yang lebih penting seperti reproduksi.

                  Neoteni

                  Kondisi keterbatasan tersedianya makanan menyebabkan hewan gua harus mengembangkan strategi tertentu untuk mengatasinya. Strategi adaptasi tersebut adalah neoteni (perlambatan pertumbuhan tubuh). Hal ini juga dimaksudkan untuk mengalihkan penggunaan energi untuk reproduksi. Hewan akan menunjukkan morfologi masih muda (juvenile) seperti ukuran badan dan kepala meskipun mereka telah dewasa, bentuk yang demikian dinamakan Paedomorph.

                  Berdasarkan tingkat adaptasi dan tingkat siklus hidupnya, Moore & Sullivan (1978) membagi biota gua menjadi 3 kelompok :

                  1).    Trogloxene

                  Kelompok biota ini tidak pernah melengkapi siklus hidupnya di dalam gua. Biasanya mereka tinggal di mulut gua untuk mencari tempat istirahat dan perlindungan sementara. Setelah keadaan membaik/sesuai, mereka meninggalkan gua. Contoh hewan yang hidup di daerah ini ialah musang, ular, dan sebagainya.

                  2).    Troglophile

                  Biota di dalam kelompok ini biasanya hidup di zona gelap, walaupun bisa hidup di luar guaapabila lingkungannya tidak jauhberbeda. Adaptasi yang telah dilakukan menyebabkan mereka dapat menyelesaikan siklus hidupnya di dalam gua. Contoh hewan yang hidup di daerah ini ialah kekelawar dan burung wallet.

                  3).    Troglobion / Trogobite

                  Kelompok biota ini adalah hewan yang hidup permanent di dalam gua dan hanya ditemui di dalam gua. Seluruh siklus hidupnya diselesaikan di dalam gua. Biasanya mereka mempunyaio pigmenyang telah mereduksi dan mata yang kecil bahkan tidak ada sama sekali (Moore & Sullivan, 1978).

                  4. Jaring- Jaring Makanan di Dalam Gua

                  Jaring- jarring makanan merupakan perputaran kembali materi-materi organic diantara populasi yang ada di dalam gua. Sebagai contoh jaring makanan yang terjadi di dalam gua ialah : Jamur mendapat nutrisi dari proses peruraian dan dengan cara menyerap substansi organik dari materi tersebut atau yang terdapat di dalam kotoran hewan. Serangga pemakan jamur seperti Beetles, Springtail, Mites memakan jamur benang dan bakteri. Hewan akuatik gua dapat mencerna materi organic yang mengapungsecara langsung. Hewan-hewan ini pada gilirannya akan disantap oleh pemangsa yang lebih besar seperti Salamender, Crayfish, dan ikan-ikan. Dalam siklus makanan ikan-ikan ini akan mati dan terurai sehiongga menghasilakn materi organic ke dalam lingkungan gua. Kotoran gua merupakan sumber lain materi organic.

                  Perputaran makanan di dalam gua seringkali dikatakan sebagai Closed Ecologic System ( Ekosistem Tertutup). Dalam suatu system yang benar-benar tertutup, setiap organisme pemakan organisme lain pada gilirannya akan dimakan oleh organisme lainnya dalam system yang sama. Tetapi system ini tidak bisa terpelihara tanpa adanya bantuan secara tidak langsung dari sinar matahari.

                  Di dalam gua tidak ada produsen primer kecuali beberapa bakteri Autotrof Khemosintetic yang menggunakan besi dan sulfur sebagai donor elektron. Jadi secar umum komunitas gua hanya terdiri dari dekomposer dan predator. Sumber makanan/energi untuk biota gua berasal dari luar ekosistem gua , yaitu berupa :

                  Faeces/kotoran (guano) dan sisa makanan dari kekelawar dan hewan trogloxene lain.

                  Detritus/ sisa tumbuhan yang terbawa masuk pada gua yang mempunyai aliran sungai

                  Akar tanaman yang masuk melalui rekahan dinding gua yang mempunyai aliran sungai organik dan mikroorganisme.

                  Dalam ekosistem gua dapat dibagi 2 komunitas yaitu komunitas langit(atas) dan komunitas lantai (bawah). Komunitas langit terdiri dari kekelawar dan burung, komunitas ini penting artinya bagi komunitas lantai karena merupakan sumber makanan utama (guano). Komunitas lantai terdiri dari jamur, milipedes, jangkrik gua, dan amblyphygi serta hewan-hewan akuatik. Pada komunitas lantai terjadi rantai makanan yang sesungguhnya, dimana terjadi proses makan dimakan dan predasi. Bangkai dari bita gua akan menjadi sumber makanan baru daam jaring-jaring makanan gua (Whitten, 1996).

                  K. KARSTOLOGI

                  Karst merupakan  batuan gamping yang telah mengalami proses pelarutan oleh asam karbonat dan beberapa jenis asam lainnya sebagai hasil pembusukan sisa tananman di atas batu gamping. Batuan gamping yang mengalami proses karstifikasi akan menunjukan morfologi yang unik baik dipermukaan tanah yang disebut fenomena eksokartstik dan di bawah permukaan tanah yang disebut fenomena endokartstik seperti timbulnya sistem aliran bawah tanah, gua-gua batu gamping dengan dekorasinya. (speoleothom).

                  Fenomena kawasan karst di atas permukaan tanah antara lain :

                  Doline Adalah cekungan tertutup (Closed Depression) yang memiliki ke dalaman 2-100 meter dengan diameter 10-100 meter.

                  Uvala

                  Cvijik (1901) mendiskripsikan istilah slovenic / uvala ini untuk cekungan dan dasar yang luas dan tidak rata sedangkan Lehmann (1970) mengartikan unyuk lembah menjang, kadang-kadang berkelok-kelok dan biasanya dasar berbentuk cawan di daerah karst.

                  Singking Creek Ialah sungai yang mengalir di daerah karts akn tetapi menghilang karena mengalir masuk ke aliran bawah tanah.

                  Sink Ialah tempat sungai permukaan itu lenyap, air menghilang secara defuse melalui material alluvium

                  Swallow Hole Apabila permukaan sungai hilang melalui lubang yang nyata terlihat.

                  Poljes Depresi di daerah karst yang luas areanya berkelok-kelok dan dasarnya tertutup depositalluvium atau residu oleh pelapukan.

                  Danau Karst Letaknya biasanya terdapat di cekungan, terbentuk karena adanya lapisan kedap air pada dasar danau, akibat akumulasi dari Lumpur atau bahan residu pelapukan yang kedap air.

                  Natural Bridge Suatu fenomena yang menyerupai jembatan di daerah karst.

                  1. Aspek-aspek Eksternal dan Internal

                  Aspek eksternal yang paling penting dalam mempercepat proses karstifikasi yaitu

                  a.            Penyediaan air permukaan yang besar

                  b.            Zona tanah dengan humus dan material organikyang memproduksi CO2 sehingga pH dari air perlokasi menjadi lebih rendah.

                  c.            Suhu yang tinggi.

                  Sedangkan aspek-aspek yang mempercepat proses karatifikasi secara internal, ialah:

                  1).    Batu gamping berkristal dengan celahan dan pecahan batu halal.

                  2).    Formasi batu gamping tebal dengan arah infiltrasi luas.

                  2. Hidrologi karst

                  Menurut Hondl (1089) Hidrologi dari suatu batuan karbonat hanya dapat dipahami bila kita melakukan observasi teliti dari sifat-sifat fisik dan distribusi dari bantuan itu. Hidrologi karet sangat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

                  1).    Geologi, termasuyk deomorfologi karat, sratigrafi litologi, poronitas/kesarngan, pemeabilitas/kesarangan bantuan karbonat sistem patahan, dan geser

                  2).    Iklim

                  3).    Penutup kawasan karst

                  a.            Zone hidrologi karat meliputi :

                  1).    Zona aerasi

                  Air perlokasi akan bergerak mengikuti gara berat

                  2).    Zone Fluktuasam

                  Menurut iklim zone ini sifatnya tradisional bila permukaan air turun, zone ini masuk ke dalam zone aerasia.

                  3).    Zone Saturasi

                  Air karst bererak sepanjaang tahun

                  4).    Zone Sirkulasi

                  Air tanah tidak dipengaruhi oleh dijumpai rongga-rongga atau gua-gua yang terjadi karena proses apoleogenosis. Goa yang menempati lapisan endokarsttik merupakan suatu system yang tak dapat dipisahkan dari ekosistem di atasnya.

                  L. SPELEOGENESIS

                  Batuan kapur dan marmer (batu kapur yang dikristalisasi dengan panas dan tekanan) yang terdiri dari material kalsit (Ca7 CO 3) merupakan batuan pembentuk gua. Batuan-batuan tersebut terbentuk pada zaman lautan purba jutaan tahun yang lalu oleh tumbuhan dan hewan laut yang mengekstraksi kalsium karbonat (Ca CO3) dari air laut. Butir-butir pasir yang mengandung fragment-fragment dari organisme tersebut, bersama-sama dengan material hasil aktifitas mikroorganisme akan memadatkan karena tekanan dan mengalami sementasi menjadi batuan padat. Akhirnya suatu kekuatan dasyat mengangkat batuan sediment dari dasar laut ke daratan.

                  Umur suatu gua kecil hubungannya dengan umur dari batuan yang menutupinya. Kebanyakan gua umurnya lebih muda dibandingkan umur batuannya. Pada umumnya umur batuan yang ada di dunia ini sekitar ratusan juta tahun akan tetapi umur gua sendiri sekitar 10 juta tahun.

                  Goa batuan kapur terbentuk karena proses pengasanman batuan kalsium karbonat. Bahkan asam sangat cair yang terdapat di dalam air permukaan tanah yang mebentuk goa jika diberi waktu cukup. Asam yang sangat berperan dalam proses pelarutan batuan kapur secara alami untuk membentuk gua adalah asam karbonat (H2CO3) yang dihasilkan dari penggabungan air dan CO3.

                  Asam karbonat termasuk asam lemah walaupun berada dalam kondisi / kosentrasi maksimum. Udara atmosfer hanya 0,03% CO2, tetapi asam karbonat yang dihasilkan terlalu cair sehingga tidak efektif dalam membentuk goa. Kebanyakan CO2 yang berperan aktif dalam pembentukan asam yang melarutan batuan kapur berasal dalam tanah, disana sebagai akibat pengurai humus dapat dihasilkan H2CO3 dalam jumlah yang banyak dan kosentrasi tinggi. CO2 dan air (H2O) bersama-sama mengubah batuan kapur dengan reaksi ganda sebagai berikut :

                  CO2 +  H2O ————— H2CO3

                  H2CO3 + CaCO3 ———– Ca2+ +  2HCO3

                  Karbon dioksida bersama air membentuk asam karbonat yang kemudian melarutkan kalsit dan menguraikan menjadi ion-ion terlarut. 1 m3 air yang dibiarkan di udara terbuka yang mengandung 10 % CO2 dapat melarutkan ±250 gram kalsit.

                  M. SPELEOTHEM

                  Bentukan atau bangunan yang terbentuk dalam goa karena deposisi mineral-mineral sekunder (stalaktit, stalakmit, dll) yang disebut speleothem. Di zona tanah, sisa-sisa tanaman dengan cepat diuraikan . CO2 yang ada di udara tanah jauh lebih banyak sekitar 10-30 % dari pada yang ada di atmosfer, CO2 bersama dengan air tanah akan membentuk asam karbonik yang kemudian akan melarutkan sebagian dari batu kapur, selanjutnya merembes ke bawah menuju gua. Ketika air yang merembes di udara gua yang pada umumnya mempunyai tekanan parsial CO2 terlarut jauh lebih rendah dari dari udara tanah, menyebabkan perubahan kimia sebagai berikut :

                  Ca2 + 2HCO3 ————————— CO2 +  CaCO3 +   H2O

                  Larutan kalsium

                  Bikarbonat

                  Proses di atas merupakan kebalikan dari proses pembentukan gua dari pelarutan batuan gamping.

                  Kehilangan CO2 tersebut di atas itulah , bukan penguapan air merupakan sebab utama terbentuknya kalsit speleothem. Stalaktit dan speleothem lainnya hampir merupakan kalsit murni (CaCO3) walaupun dari dalam air yang kemudian mengikat CO2 menjadi kalsium karbonattersebut juga terlarut material-material lainnya.

                  Pertumbuhan Stalaktit dan Speleothem lainnya

                  Stalaktit dan deposit lainnya yang semacam

                  Bentukan-bentukan yang berasal yang berasal dari pengendapan di dalam gua, di tentukan oleh bentuk dari tetesan air dan gaya gravitasi yang bekerja padanya sebelum jatuh. Ada beberapa bentukan yang terjadi :

                  a.            Tubular Stalaktit

                  Deposit kalsit yang terjadi berbentuk seperti cincin kecil, cincin demi cincin terbentuk menyerupai silinder berongga yang berdiameter sama dengan tetesan air yang menetes darinya. Air terus mengalir dari ujung stalaktit sehingga stalaktit bertambah panjang.

                  b.            Drapery

                  Bentuk kalsit tipis yang jernih seperti lembaran menggantung dari atap gua. Biasanya 3 meter atau lebih.

                  c.            Stalagmit

                  Adalah kebalikan dari stalagtit, tumbuh dari lantai goa.

                  d.            Coloum

                  Adalah bentukan yang terjadi karena pertemuan antara stalakmit yang tumbuh ke atas dan pertumbuhan stalaktit yang tumbuh ke lantai goa.

                  e.            Flowstone

                  Jika aie mengalir pada dinding goa akan terbentuk lembaran-lembaran kalsit yang secara keseluruhan berbentuk seperti aliran air sehingga disebut flowstone.

                  f.            Rimstone dams

                  Terdapat di lantai goa, merupakan bentukan seperti dinding yang mengurang air atau “damn streams”

                  g.            Cave pearl / mutiara gua

                  Adalah yang paling jarang, karena lepas tidak terikat pada lantai dan dinding gua.

                  h.            Pisolites

                  Mutiara gua yang berbentuk di lautan dengan diameter lebih dari 2mm.

                  i.            Oolites

                  Seperti pisolites tetapi diameternya kurang dari 2 mm

                  Deposit yang terbentuk oleh “seeping water”

                  Mungkin objek menarik ditemukan di gua adalah yang dibentuk oleh seeping water. Speleothem ini berbentuk aneh, sebagian darinya sangat indah dan lembut menonjol pada dinding gua  sedemikian rupa sehingga seakan-akan mereka melawam grafitasi.

                  a.            Heliotites

                  Deposit dengan struktur kecil yang terpuntuir, biasanya mengandung kalsit. Panjang beberapa cm atau lebih dan berdiameter ± 5 mm. Karena heliotites menonjol dari atap, dinding goad an lantai goa dengan sudut yang berbeda-beda, maka beberapa peneliti menyebutkan sebagai “eccentric stalaktes”.

                  Deposit yang dibentuk oleh genangan air

                  a.            Cave Rart

                  Suatu lapisan tipis seperti film dengan tebal kurang dari 0,1 mm, mengapung didukung oleh tekanan permukaan kolam. Biasanya dari kalsit.

                  b.            Cave bubble

                  Tidak pernah berdiameter lebih dari 5 mm, mempunyai dinding yang sangat tipis, dibentuk pada permukaan air dengan mengkristalkan kalsit di sekitar  “bubble” (gelombang air).